Pages

Subscribe:

Selasa, 12 Mei 2009

Ketika Kebenaran Bicara

aku berbicara atas nama kebenaran
aku berteriak atas nama ketulusan
aku bertahan atas nama kemuliaan
aku akan terus berjuang atas nama kesucian

kuharap matamu mampu melihat
kuharap telingamu mampu mendengar
kuharap kau mampu berfikir
dan membuka hati nurani mu


janganlah kau tutup matamu
janganlah engkau menutup telinga mu
janganlah engkau sempitkan fikiran mu
dan... janganlah engkau ingkari hati nurani mu

marilah kita berbicara dengan kebenaran
berteriak atas nama ketulusan
dan melangkah dengan hati nurani.

Freedom.......(Egeidaby)

Mengembangkan Pertanian Berpindah-pindah, Perlukah?


Egeidaby--Kalau kita bicara tentang pertanian, maka perlu kita tanyakan apa itu pertanian? Pertanian adalah berasal dari kata dasar Petani yang menunjukan pekerjaan kepada mereka yang biasanya berhadapan dengan alam. Pekerjaan yang dilakukan seorang petani adalah mengolah lahan, menanam, merawat dan puncaknya yaitu panen. Atau juga pertanian merupakan usaha rakyat yang sangat akrab dengan kehidupan masyarakat desa, kenapa demikian? Sebab usaha pertanian membutuhkan areal/ lahan yang cukup untuk diolah. Saat ini lahan pertanian semakin berkurang, banyak factor yang menyebabkan itu terjadi seperti pembangunan areal perumahan, komplek pertokoan, pusat perbelanjaan dan lain-lain. Bila kita cermati bersama bidang prtanian memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup manusia. Hidup sehat, makanan, tempat tinggal dll semuanya di dapat dari alam. Alam merupakan tempat usaha pertanian berlangsung.


Pertanian yang dikenal oleh rakyat Papua adalah pertanian tradisional, karena dari awal hingga saat panen dilakukan secara tradisional. Memang Pertanian ini bagi rakyat Papua telah dikenal atau sudah dikenal sejak nenek moyang. Awalnya dari pertanian berpindah-pindah dan mengalami proses dan akhirnya pertanian menetap. Pada tulisan kali ini saya akan mencoba menjelaskan tentang pertanian yang pada masa kini jarang kita temukan, yaitu pertanian berpindah-pindah. Pertanian berpindah-pindah pada masa kini tidak semua orang dilakukan dan biasanya pertanian semacam ini dilakukan pertanian sampingan atau pelengkap. Oleh karena itu pertanain seperti ini dibuat hanya pada saat-saat tertentu saja. Yaitu untuk menjaga kelestarian bibit-bibit tanaman yang hampir punah. Pada pertanian berpindah-pindah ini, tanaman yang sering ditanam yaitu tanaman yang hampir punah, atau tanaman-tanaman tertentu yang jarang dijumpai pada pertanian menetap. Jenis tanaman yang biasanya ditanam pada pertanian tersebut adalah jenis tanaman yang sudah ada sejak zaman dahulu dan ditanam secara turun temurun dari generasi ke generasi. Jenis-jenis tanaman tersebut antara lain: sayur hitam(digiyo naapo), keladi (nomo), nota kadaka, yatuu, buah-buahan (tali maupun jenis buah lain), dan lain sebagainya.
Disamping itu tempat dan cara untuk membuka lahan baru untuk pertanian semacam ini berbeda dengan pertanian yang biasa kita jumpai. Lahan untuk pertanian ini biasanya di dataran yang tinggi. Disebabkan karena jenis tanaman tersebut di atas cocoknya tumbuh di dataran yang tinggi dan berhawa dingin. Untuk pertanian seperti ini sudah dilakukan dan jenis tanaman yang biasanya ditanam pun sama, tidak tahu kenapa jenis tanaman seperti ini hanya ditanam pada pertanaian berpindah-pindah. Adalah karena dilatarbelakangi oleh hawa dan untuk menjaga kelestarian jenis tanaman yang langka dan mulai punah, sehingga di tanam pada pertanian yang sulit dijangkau banyak orang.
Cara membuka lahan baru, biasanya diawali dengan membersihkan bagian yang akan dijadikan kebun. Kemudian dilanjutkan dengan memagari wilayah yang akan dijadikan kebun, atau sebaliknya juga memagari terlebih dahulu wilayah yang akan dijadikan kebun kemudian lahannya dibersihkan. Jenis pertanian ini sangat identik dengan tradisional sehingga sebelum menanam tanaman biasanya diawali dengan membakar tanaman liar hasil pembersihan lahan sebelumnya (yabautuu). Kemudian dilanjutkan dengan penanaman bibit yang telah disediakan. Cara penanaman tanaman dari pertanian seperti ini yaitu menggunakan alat tradisional (wadi) untuk pengganti skop atau alat sejenis lainnya. Dan alat ini berfungsi hanya melubangi pada tanah (bagian) yang akan ditanam tanamannya. Bibit yang akan ditanam pada daerah yang biasa terkena sinar matahari adalah nota, nomo, dan beberapa jenis tanaman yang mampu bertahan terhadap sinar matahari. Sedangkan bibit tanaman yang lain seperti, meakakade, tuda, yatu, dan beberapa jenis tanaman lain ditanam dekat pohon yang telah ditebang (piya uto) atau di pinggir pagar.


Karena pertanian ini tak luput dari gangguan luar seperti: manusia, binatang buas dan lainnya, sehingga untuk menjaga datangnya gangguan ini, sering atau bahkan hampir setiap pertanian dipagari. Cara memagarinya tergantung dari keadaan lokasi. Misalnya; pada bagian yang rata biasanya ditanam pagar, sedangkan pada bagian yang sulit untuk menanam pagar, sering dibuat got atau sering disebut makeeda. Kedua cara memagari ini tidak begitu mendukung amannya kebun, sehingga jika gangguannya dari babi liar atau binatang buas lainya sering dibuat yang namanya bokei-bokei. Bokei-bokei ini diambil dari kayu buah kecil untuk tanam sebelum pagar yang sudah ditanam. Bentuk dari bokei-bokei ini adalah setengah lingkaran dan kedua bagian ujungnya ditanam pada tanah sehingga terlihat seperti setengah lingkaran.
Seperti tadi sudah disampaikan kan bahwa pertanian meramu ini untuk memertahankan bibit tanaman yang hampir punah yakni bibit yang dilestarikan dari nenek moyang dan ditanam secara turun temurun dari generasi ke generasi. Itulah kebaikan yang dimiliki oleh pertanian meramu itu sendiri. Namun disamping itu ada keburukannya juga, yakni merusak hutan alami, lahan kritis akan semakin banyak, erosi, banjir dan tanah longsor adalah dampak yang akan di rasakan secara langsung oleh manusia.. Dikarenakan lahan yang dibuka untuk pertanian meramu ini adalah lahan yang sebelumnya belum pernah dijadikan pertanian atau lahannya masih perawan.

Pertanian berpidah-pindah boleh dibilang baik karena pemikiran masyarakatnya terus berkembang walaupun itu berlangsung lambat, peningkatan taraf demi taraf kearah yang lebih baik menunjukan adanya kesadaran masyarakat Papua untuk terus berkembang, dan itu di tunjukan dengan kemauan mereka untuk mulai bertani secara subsisten walau itu di arahkan pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari/ keluarga.

Kurangnya pengetahuan dalam bertani menyebabkan sulitnya meningkatkan mutu pertanian. Dalam hal ini pendidikan memegang peranan penting guna meningkatkan kualitas pertanian di Papua. Dalam meningkatkan kualitas pertanian di butuhkan penerapan teknologi yang memadai dan untuk itu semua di butuhkan kualitas sumberdaya manusia yang cukup. Sejauh ini kualitas SDM di papua terutama masalah pertanian masih sangat kurang. Penelitian dan pengembangan untuk pertanian meramu yang arahnya untuk kemajuan Papua haruslah mulai sekarang menjadi prioritas utama bagi setiap elemen masyarakat Papua.